Selasa, 10 Mei 2011

SinetronKu

Berbagai persoalan yang membelit kehidupan membuat pikiran kita haus akan penyegaran. Salah satunya dengan menyaksikan tayangan televisi. Sebagian besar tayangan yang ditonton oleh pemirsa biasanya tayangan yang memberikan hiburan. Salah satunya yaitu dengan menonton sinetron. Ada banyak judul sinetron yang saat ini tengah ditayangkan di berbagai stasiun Televisi Nasional. Sinetron ini nyatanya tidak hanya dinikmati oleh para ibu rumah tangga, namun anak-anak muda pun sangat menggemarinya.
Jam tayang dari sinetron-sinetron ini paling banyak ditayangkan pada jam-jam prime time, sekitar pukul 18.00-21.00 malam. Tentu saja hal ini dikarenakan jumlah pemirsa yang menonton Televisi, paling banyak berada pada jam-jam tersebut. Tayangan berita yang berperan lebih penting dalam penyaluran informasi seakan-akan keberadaannya telah di geser oleh program sinetron. Tidak jarang ada beberapa stasiun TV yang mengurangi porsi untuk tayangan Berita dan menambah durasi untuk acara Sinetron. Misalnya durasi sinetron yang seharusnya hanya satu jam ditambah durasinya hingga menjadi satu setengah Jam. Hal ini tentu saja akan mengganggu waktu penayangan acara-acara lainnya setelah sinetron tersebut.
Sepertinya sinetron memang memberikan kontribusi yang cukup kepada stasiun TV yang menayangkannya. Apakah yang menarik dari sinetron-sinetron tersebut? Cerita yang hampir sama, ide cerita yang terkesan monoton ternyata mampu membuat masyarakat kita terhipnotis untuk menyaksikannya. Padahal dari segi pendidikan, hampir tidak memberikan kontribusi sama sekali. Dengan kata lain, sebagian besar sinetron ceritanya kurang mendidik. Sayang berbagai latar belakang cerita yang disuguhkan dalam alur sinetron, kurang mencerminkan kebudayaan dan ciri kehidupan bangsa. Saya sendiri sering menyaksikan sinetron – sinetron Indonesia yang menyajikan cerita dengan penuh ketimpangan sosial. Hampir semuanya menceritakan tentang kemewahan, dendam, dan segala bentuk ketimpangan lainnya. Namun, sebagian besar begitu digemari para ibu rumah tangga.
Para produsen sinetron semua berlomba-lomba untuk menayangkan sinetron buatannya tidak peduli cerita tersebut mendidik atau tidak yang penting sinetron yang telah mereka produksi meraih rating yang tinggi. Hal ini seakan-akan para produsen sinetron lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas sinetron tersebut. Padahal sinetron tersebut bisa saja disaksikan oleh anak-anak kecil yang masih sangat mudah untuk dipengaruhi.