Selasa, 24 Januari 2012

Ironi Kehidupan


Apakah anda sering merasa tidak nyaman dengan kondisi anda? Pernahkah anda merasa jika hidup orang lain selalu lebih beruntung dari hidup anda?. Sebenarnya saya sangat sering berpikir seperti itu. Orang-orang begitu beruntung dengan kehidupannya sementara di lain pihak ada beberapa orang yang  memiliki nasib kurang beruntung. Mereka harus berusaha keras untuk memperoleh hasil yang walau hanya cukup untuk makan sehari. Mereka benar-benar harus berusaha di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara di lain pihak ada beberapa orang yang bahkan dengan mudah menghamburkan uangnya dalam sekejap mata hanya untuk memenuhi hasrat yang hanya muncul sekejap, dengan tanpa berpikir jauh ke depan. Sebagian besar orang zaman sekarang hanya memikirkan kepentingannya sendiri tanpa memikirkan kepentingan orang lain juga. 
Spoiler for Kemiskinan
Apalagi orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan, hampir seluruhnya memiliki sifat egois tanpa memikirkan kepentingan orang lain. Apakah mereka tidak ingat perjuangan orang tua mereka untuk dapat meraih tingkat kemakmuran seperti itu, benar-benar bermula dari bawah. Tidak akan sesuatu yang indah jika tidak diawali dari sesuatu yang buruk. Bukankah kemunculan pelangi selalu diawali oleh hujan terlebih dahulu. Kita adalah saudara, ingatlah untuk berbagi kepada sesama. Sebenarnya menjadi orang yang kurang beruntung dilihat dari segi keuangan ternyata lebih menyenangkan daripada menjadi orang yang mampu dan tinggal di daerah perkotaan. Mengapa? Karena orang-orang tersebut pasti memiliki perasaan senasib. Hal nilah yang menjadikan mereka memiliki ikatan kekeluargaan yang begitu kuat.
Tinggal di bedeng-bedeng kumuh tidak membuat mereka menjadi berkecil hati. Dengan lapang dada mereka rela melakukan pekerjaan yang selalu dipandang sebelah mata, mulai dari menjadi pemulung, hingga mengemis. Berbagai macam upaya penertiban yang dilakukan oleh aparat untuk menertibkan para gepeng tersebut terkesan mubazir. Satu-satunya alasan yang mereka katakana di depan aparat apabila mereka terjaring kembali adalah karena alasan kebutuhan makan. Tak jarang beberapa dari mereka bahkan mengajak serta anak mereka untuk ikut mengemis di pinggir jalan.  Berbagai cara telah dilakukan aparat untuk menertibkan adanya kaum gepeng, mulai dari razia hingga memasang baliho yang berisi tulisan untuk tidak memberikan sedekah kepada pengemis. Namun pengemis tetap saja menjamur. Apalagi hidup di zaman serba mahal seperti sekarang ini. Kalau bukan alasan terjepit ekonomi, mereka tentu tidak ingin melakukan hal tersebut.
Bukan salah mereka untuk hijrah ke Kota untuk mencari penghidupan. Karena di desa tempat mereka tinggal mencari pekerjaan merupakan pekerjaan yang sangatlah susah. Kalau saja pemerintah tidak mementingkan kepentingan golongan dan kepentingannya sendiri. Kalau saja pemerintah lebih peka terhadap keadaan masyarakatnya, kalau saja pemerintah rela memberikan keterampilan dan pelatihan-pelatihan di daerah yang masih dianggap tertinggal, tentu nasib mereka tidak akan berakhir di pinggir jalan seperti ini.