Apakah anda sering merasa tidak
nyaman dengan kondisi anda? Pernahkah anda merasa jika hidup orang lain selalu
lebih beruntung dari hidup anda?. Sebenarnya saya sangat sering berpikir
seperti itu. Orang-orang begitu beruntung dengan kehidupannya sementara di lain
pihak ada beberapa orang yang memiliki
nasib kurang beruntung. Mereka harus berusaha keras untuk memperoleh hasil yang
walau hanya cukup untuk makan sehari. Mereka benar-benar harus berusaha di
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara di lain pihak ada beberapa orang
yang bahkan dengan mudah menghamburkan uangnya dalam sekejap mata hanya untuk
memenuhi hasrat yang hanya muncul sekejap, dengan tanpa berpikir jauh ke depan.
Sebagian besar orang zaman sekarang hanya memikirkan kepentingannya sendiri
tanpa memikirkan kepentingan orang lain juga.
Spoiler for Kemiskinan |
Apalagi orang-orang yang tinggal
di daerah perkotaan, hampir seluruhnya memiliki sifat egois tanpa memikirkan
kepentingan orang lain. Apakah mereka tidak ingat perjuangan orang tua mereka
untuk dapat meraih tingkat kemakmuran seperti itu, benar-benar bermula dari
bawah. Tidak akan sesuatu yang indah jika tidak diawali dari sesuatu yang
buruk. Bukankah kemunculan pelangi selalu diawali oleh hujan terlebih dahulu. Kita
adalah saudara, ingatlah untuk berbagi kepada sesama. Sebenarnya menjadi orang
yang kurang beruntung dilihat dari segi keuangan ternyata lebih menyenangkan
daripada menjadi orang yang mampu dan tinggal di daerah perkotaan. Mengapa?
Karena orang-orang tersebut pasti memiliki perasaan senasib. Hal nilah yang
menjadikan mereka memiliki ikatan kekeluargaan yang begitu kuat.
Tinggal di bedeng-bedeng kumuh
tidak membuat mereka menjadi berkecil hati. Dengan lapang dada mereka rela
melakukan pekerjaan yang selalu dipandang sebelah mata, mulai dari menjadi
pemulung, hingga mengemis. Berbagai macam upaya penertiban yang dilakukan oleh
aparat untuk menertibkan para gepeng tersebut terkesan mubazir. Satu-satunya
alasan yang mereka katakana di depan aparat apabila mereka terjaring kembali
adalah karena alasan kebutuhan makan. Tak jarang beberapa dari mereka bahkan
mengajak serta anak mereka untuk ikut mengemis di pinggir jalan. Berbagai cara telah dilakukan aparat untuk
menertibkan adanya kaum gepeng, mulai dari razia hingga memasang baliho yang
berisi tulisan untuk tidak memberikan sedekah kepada pengemis. Namun pengemis tetap
saja menjamur. Apalagi hidup di zaman serba mahal seperti sekarang ini. Kalau
bukan alasan terjepit ekonomi, mereka tentu tidak ingin melakukan hal tersebut.
Bukan salah mereka untuk hijrah
ke Kota untuk mencari penghidupan. Karena di desa tempat mereka tinggal mencari
pekerjaan merupakan pekerjaan yang sangatlah susah. Kalau saja pemerintah tidak
mementingkan kepentingan golongan dan kepentingannya sendiri. Kalau saja pemerintah
lebih peka terhadap keadaan masyarakatnya, kalau saja pemerintah rela memberikan
keterampilan dan pelatihan-pelatihan di daerah yang masih dianggap tertinggal,
tentu nasib mereka tidak akan berakhir di pinggir jalan seperti ini.